Bersihkan emosi negatif dalam diri

Oleh : Bunda Farida N A (Kepala SDII Al Abidin Surakarta)

Ayah Bunda, setiap orang yang mempunyai masa lalu. Baik masa lalu yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Masih ingatkah ayah bunda pada peristiwa di saat TK, SD, SMP, SMA dan kuliah? Semua yang terjadi di masa lalu akan menjadi di memori yang mengendap di otak. Yang perlu kita waspadai adalah memori yang tidak menyenangkan. Misalnya mengalami peristiwa yang menyebabkan kecewa, marah, putus asa, benci dan sebagainya. Emosi negatif ini akan berdampak pada psikologis jangka panjang bahkan berpengaruh kepada kesehatan seseorang. Ini berlaku untuk semua orang termasuk juga seorang ibu.
Jika seorang ibu mempunyai masa lalu yang tidak menyenangkan sehingga menyimpan emosi negatif maka akan berpengaruh langsung kepada anaknya. Pengaruh kepada psikologis dan perilaku anak.

Maka, mari kita waspada. Apabila kita mendapati anak kita bermasalah, sering berbuat ulah, sering bertengkar, membully temannya dan perbuatan yang lainnya, maka salah satu kemungkinan penyebabnya adalah karena ibunya masih menyimpan memori buruk di masa lalu.
Memori buruk itu berawal dari usia di mana anak bisa mengingat yaitu sejak usia batita sampai dewasa.
Misalnya seorang ibu yang trauma dengan KDRT yang dilakukan ayah kepada ibunya di masa kecilnya. Sehingga ia ketakutan atau membenci pada sosok laki-laki.

Seorang ibu ketika masa kecil sering mendapatkan perlakuan kasar dari orangtuanya. Berkali- kali dihukum dengan dikunci di kamar mandi, dipukul dengan sapu atau kejadian kekerasan lainnya maka ini sangat membekas dalam memorinya.

Demikian juga kejadian yang membuat hati kecewa, ketakutan, marah yang terjadi pada masa lalunya. Bahkan juga termasuk disaat sudah menikah. Misalnya seorang ibu yang tinggal di rumah mertua sehingga dia merasa tertekan. Ditambah dia merasa ditolak mertua, diperlakukan tidak adil oleh mertua. Kejadian seperti ini akan tersimpan dalam memori ibu.

Semua kejadian di masa lalu yang negarif akan berpengaruh kepada cara berpikir sampai pada perilaku ibu.
Inilah yang kemudian mempengaruhi cara mendidik ibu kepada anaknya. Jika seorang anak didik oleh seorang ibu yang mempunyai emosi negatif maka dia kemungkinan mendidik dengan cara yang tidak benar. Inilah yang menyebabkan akhirnya anak bersikap negatif sehingga menjadi anak yang bermasalah

🌷Nah, apa yang harus kita lakukan ketika mengalami masalah seperti ini?
– Jika kita sebagai orangtua, tentu saja kita harus menghapus emosi negatif itu. Bagaimana caranya?

1. Mengaku
Akuilah perasaan negatif itu. Jangan menolak atau menyembunyikan. Pengakuan itu membuat lega. Membuat diri terlepas dari kukungan belenggu. Atau seperti mengalihkan beban dari pundak ke tanah. Berilah nama pada emosi negatif itu untuk memudahkan identifikasi dalam proses berdoa.

2. Membuang
Setelah kita mengaku dan mengeluarkan emosi itu dari badan kita maka berdoalah. Mohonlah kepada Allah agar Allah membuang emosi negatif itu. Agar emosi negatif ini segera hilang maka iklaslah. Iklas mengalami ujian di masa lalu. Insyaallah ini akan mempercepat pembersihan hati.

3. Memaafkan
Siapapun yang menyakiti hati kita, maafkanlah. Allah Maha Melihat. Siapa yang salah siapa yang benar. Memaafkan adalah terapi kesembuhan hati. Jika merasa berat untuk memaafkan maka berdoalah agar Allah melembutkan hati kita untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti hati kita.

4. Pasrah.
Pasrahkan urusan itu sama Allah. Jika kita sudah pasrah maka kita akan tenang. Jika kita sudah tenang maka kita akan bahagia.

– Jika kita sebagai seorang guru dan mendapati siswa bermasalah, maka berkomunikasi dengan orang tuanya. Anak bermasalah itu adalah “korban” dari pola asuh yang salah. Bantu orangtua agar bisa membersihkan diri dari masa lalunya. Apabila diperlukan minta bantuan kepada ahli atau terapis sehingga orang tua bisa membersihkan emosi negatif yang ada pada dirinya. Jika orang tua berubah pasti cara mendidiknya akan berubah. Jika cara mendidiknya berubah, pasti anak juga akan berubah.

🌷Ayah bunda, membersihkan diri dari emosi negatif pada diri kita adalah salah satu upaya kita dalam mendidik anak, di samping kita terus belajar agar ketika kita mendidik anak sesuai dengan pola asuh yang benar. Yakinlah jika kita merubah cara mendidik anak, maka anakpun akan berubah juga. Tetap semangat dalam kebaikan ya,bun.
Salam parenting.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kontak Kami

Silahkan hubungi kami apabila pertanyaan terkait Yayasan Al Abidin Surakarta.