Bekalmu sudah cukup, berdakwalah!!!
Tarbiyyah Ramadhan adalan sarana pembekalan bagi seorang muslim, apalagi bagi mereka yang telah mengazzamkan dirinya berada di medan dakwah. Baik dakwah di mimbar (podium), majelis taklim, masjid, parlemen atau sarana dakwah lainnya.
Allah telah menguatkan diri orang beriman dengan dua modal besar dalam mengarungi samudra dakwah ilallah, menyeru manusia ke jalan Allah berbingkai Al qur’an dan sunnah, baik melalui lisan, tulisan, maupun amal perbuatan.
Qiyamullail dan Al Qur’an adalah dua perbekalan yang harus selalu menguat dalam diri seorang juru dakwah, termasuk guru tentu saja, karena ia sebagai ujung tombak perubahan masyarakat menjadi lebih baik.
Perhatikan bagaimana Allah menyandingkan antara Qiyamullail dan Al qur’an untuk nabi Muhammad shallahu alaihinwasallam dalam permulaai Surat Al Muzzammil
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (١) قُمِ اللَّيْلَ إِلا قَلِيلا (٢) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلا (٣) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا (٤) إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلا ثَقِيلا (٥)
1. Wahai orang yang berselimut (Muhammad)!
2. Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil,
3. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu.
4. Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kapadamu.
Pada ayat 1-4 adalah bekal yang telah Allah siapkan untuk para aktivis dakwah, yaitu Salat Qiyamullail walau sedikit dan baca Al Qur’an secara tartil. Dan pada ayat ke 5, sebagaimana yang diaebutkan dalam kitab tafsir ibnu Katsir bahwa menurut al-Hasan dan Qatadah mengatakan: “Yakni (untuk) mengamalkannya (al qur’an).”
Ini adalah modal yang lebih dari cukup,
Qiyamullail adalah ibadah Sunnah yang paling Afdhol setelah salat wajib, bahkan Rasulillah shallahu ‘alaihinwasallam sangat menikmati salat ini dapam rakaat-rakaat yang panjang, baik dalam berdiri, ruku’, maupun sujud.
Demikianlah Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala berupa qiyamul lail, yang bersifat wajib hanya untuk beliau saja, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala: wa minal laili fataHHajjad biHii naafilatal laka ‘asaa ay yab’atsaka rabbuka maqaamam mahmuudan (“Dan pada sebagian malam hari shalat tahajjutlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (al-Israa’: 79)
Selanjutnya tilawah Al Qur’an dengan tartil, artonya perlahan-lahan dengan kehadiran hatindan bertinteraksi dalam memahami apa yang dibaca, agar setiap kisah, perintah, larangan, motivasi, bimbingan, dan informasi yang diberikan dalam al qur’an menjadi semangat dalam diri seorang muslim yang beriman kepada Al Qur’an, apalago bagi juru dakwahnya.
Ramadhan telah membiasakan kita dengan kedua hal tersebut, semoga sudah menjadi habbit kita setiap hari. Untuk selajutnya marilah kita ambil peran dakwah sesuai dengan kapasitas kita untuk mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk tunduk dan patuh pada manhaj Al Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam.
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ.
“Barang siapa yang menerapkan kebiasaan yang baik dalam Islam maka baginya pahala dan pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun pahalanya”. (HR. Muslim)
Wallahu A’lam
Semoga bermanfaat.
حسبنا الله و نعم الوكيل نعم المولي و نعم النصير
Oleh : Tim BPI JSIT Indonesia