Jujur, Jujur, dan Jujur

Oleh : Farida Nur’Aini (Kepala Sekolah SDII Al Abidin Surakarta)

🌷 Ayah Bunda, setiap orangtua pasti menginginkan anaknya kelak menjadi manusia sukses. Yang kuat dalam ibadah dan juga kuat dalam finansial, sehingga kehidupannya nyaman dan bahagia. Jauh dari masalah yang membuat mereka sengsara atau perkara hukum yang.menyeret ke penjara.

Mari kita belajar dari berbagai kasus yang terjadi di sekitar kita dan negara kita. Yang kita anggap mereka orang yang sudah sukses secara finansial. Kasus penyelundupan kendaraan, kasus penipuan rekan kerja, kasus korupsi oleh pejabat negara, permainan uang, kasus korupsi yang dilakukan petugas pemberantas korupsi,suap menyuap demi mendapat jabatan, jual beli jabatan dan kasus lainnnya. Mereka sudah kaya. Namun masih terus menumpuk harta dengan segala cara. Sungguh para oknum itulah yang menggerogoti negara.

Membuat negara terhambat bergerak menuju kemajuan. Sibuk berkutat dengan masalah dari dalam. SDM perusak negara.
Kasus- kasus tersebut merugikan negara milyaran hingga trilyunan rupiah.
Baik, sekarang kita sebagai orangtua dipertontonkan drama kehidupan yang demikian, bagaimana sikap kita? Tentu ini menjadi pelajaran besar. Evaluasi. Bagaimana cara orangtua para pelaku mendidik mereka di masa kecil? Bagaimana pendidikan agamanya?
Apa yang ada dalam pikiran para pelaku? Mengapa masih mencari harta dengan segala cara padahal mereka sudah kaya? Dengan uang sebanyak itu, untuk apa?

Itulah ayat- ayat kauniyah. Ayat kehidupan yang Allah paparkan dalam kehidupan. Yang kita harus bisa membacanya, memahami, menelaah untuk kemudian mengambil hikmahnya.
Mari kita belajar.

🌷Ayah bunda, semua kasus yang terjadi berawal dari lemahnya karakter kejujuran pada pelaku. Menafikkan kata hati. Mengakui, berkata atau memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kebenaran
Manipulasi data, melaporkan hal yang tidak sesuai dengan realita, diam- diam memberi uang untuk menyuap, membungkam kebenaran dengan segala cara.
Sebenarnya, setiap manusia sudah diberi alat detektor alami untuk menilai apakah sikap kita benar atau tidak. Detektor itu adalah Hati Nurani.
Hati nurani manusia itu bersih dan pasti akan menyuarakan kebenaran. Ibarat kertas yang berwarna putih apabila terkena noda pasti akan sangat kentara. Noda itu sangat mengganggu bagi pelakunya. Dan berupaya segera membersihkannya.
Namun ketika manusia sering melakukan kedustaan kebohongan, penipuan dan dosa lain-lainnya fungsi mendeteksi hati nurani akan semakin lemah.
Para pelaku kebohongan tidak lagi merasa bersalah ketika melakukan kemaksiatan.
Alarm alami hati nurainya tidak lagi berfungsi. Bahkan bisa jadi sudah mati. Naudzubillah..

🌷Apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua? Tentu kita tidak bisa diam saja melihat kemungkaran ini terjadi. Kita harus bergerak. Kita harus memberantas kemaksiatan itu. Namun bukan dengan demo di jalan ataupun hanya berkoar-koar minta bantuan. Bergeraklah dari diri kita sendiri. Dari keluarga kita. Dari anak kita. Juga dari pasangan kita.
Apa langkah kita?
– Jadilah orang yang bersih ,orang yang jujur.
Jika kita bersih, jujur , kita bisa bersuara lantang ketika mendidik anak-anak kita dalam hal kejujuran. Misalnya mengisi data pekerjaan, penghasilan. Jujur saja.
Jangan sampai kita memiskinkan diri dengan memanipulasi kekayaan kita sendiri. Agar kita mendapat keringan biaya, anak dapat beasiswa atau dapat bantuan dari pemerintah atau lembaga. Jangan mengambil hak oranglain.
Orang tua, terutama ibu, dan anak itu satu frekuensi. Apa yang dilakukan orang tua akan berpengaruh kepada anaknya. Bahkan walaupun tidak terkatakan. Misalnya orangtua melakukan tindakan korupsi di kantor. Anak sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukan orang tuanya. Hal ini akan berpengaruh langsung kepada perilaku anak-anaknya. Anak bermasalah di sekolahnya, sakit-sakitan, bertengkar terus dengan orangtuanya. Harta haram bikin hidup tidak tenang.

– Jangan pernah berbohong kepada anak sekecil apapun itu, bahkan kepada anak kita yang masih kecil yang kita anggap belum mengerti .
Hal yang sederhana yang terkadang dilakukan orang tua adalah ketika anak meminta barang yang kita belum berkenan untuk memberikannya berbohong adalah jalan pintasnya dengan mengatakan, “Mama tidak punya uang” atau “Besok saja” tapi besok hari tidak di laksanakan. Ini adalah bentuk kebohongan kepada anak. Anak belajar berbohong dari orangtuanya.

– Jangan sampai ada harta haram yang masuk dalam tubuh, baik karena zatnya atau karena cara memperolehnya.
Setiap makanan dan minuman yang kita berikan kepada anak kita akan bersatu dengan daging dan darah mereka. Jika yang kita berikan bersih, maka insyaalah akan mudah kita mendidiknya.
Namun jika ada makanan haram masuk ke dalam tubuhnya itulah yang menjadi penghalang kebaikan pada anak kita.

🌷Ayah bunda, sikap jujur ini merupakan akhlaq utama yang dimiliki nabi Muhammad SAW sebelum menjadi Rasul. Jujur dalam perkataan maupun perbuatan
Sikap jujur ini menjadi senjata lembut nan ampuh untuk menumpas kemaksiatan di jaman itu. Perjudian, pencurian, penipuan dam segala kemaksiatan. Tentu saja ini adalah contoh nyata bagi kita bahwa dengan sikap jujur segala kemaksiatan bisa diberantas. Cara ampuh sampai hari kiamat.
Jujur diawali dari kita. Keluarga kita. Masyarakat kita. Negara kita.
” membuat anak-anak berkata jujur adalah permulaan pendidikan” ( John Ruskin)
” Kejujuran adalah penentu kesuksesan manusia nomor satu” (Thomas J. Stanley, Ph.D,)

Tetap semangat Ayah bunda..
Salam parenting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kontak Kami

Silahkan hubungi kami apabila pertanyaan terkait Yayasan Al Abidin Surakarta.