Cerita Tentang “Roti Gantung” :
Si Kaya Tidak Pelit, Si Miskin Tidak Tamak, Dan Si Penjual Tidak Curang
Alkisah diceritakan ada seorang lelaki penjual roti yang baik hati. Dia selalu menyisihkan sebagian keuntungannya untuk disedekahkan kepada fakir miskin yang membutuhkan. Caranya adalah dengan menaruh beberapa roti di keranjang yang digantungkan di pojok tokonya.
Suatu ketika datanglah seorang kaya membeli 8 buah roti. Ia kemudian membayar sejumlah uang senilai 8 buah roti, namun anehnya dia hanya mengambil 4 buah roti. “uang anda kelebihan tuan, ini untuk 8 buah roti dan anda hanya mengambil 4 buah roti” kata pedagang. ” taruh saja 4 roti di keranjang untuk orang yang membutuhkan.
Beberapa saat kemudian datanglah seorang miskin yang meminta sedekah. Sang pedagang lalu mengambilkan 4 buah roti yang ada di keranjang gantung. Dia tidak berpikir sedikitpun untuk mengambil keuntungan dengan hanya mengambilkan satu atau dua roti yang ada di keranjang agar ia lebih untuk. Di berikan semua 4 roti yang ada di keranjang itu kepada si miskin tadi.
Setelah menerima roti itu, si miskin mengembalikan 2 buah roti. ” terima kasih tuan, tapi dua buah roti sudah cukup untuk kami” kata si miskin
Langkah indahnya jika si kaya tidak pelit, si penjual selalu jujur, dan si miskin tidak tamak. Sesuatu yang sangat kita rindukan di negeri kita, karena Sebagian besar orang kaya saat ini sibuk memperkaya diri sendiri dan jarang yang berlaku dermawan. Di sisi lain, banyak juga kita saksikan pedagang nakal yang curang mengakali konsumennya agar dia banyak untuk. sementara keributan sering kita lihat juga saat ada penjarahan, kesemrawutanm tatkala ada pembagian jatah untuk kaum kekurangan.
Membentuk karakter dermawan, jujur, dan qonaah bukan perkara mudah. Tidak bisa instan. Dan dimulai sejak belia. Butuh waktu lama dan ketelatenan dari orang dewasa atau lembaga Pendidikan yang mengajarinya.
Menyadari hal itu, Yayasan Al Abidin tak tinggal diam. Agar Pendidikan karakter dapat terbina dengan baik, Yayasan Al Abidin melalui unit pendidikannya melatih siswa siswinya menjadi orang yang dermawan. Program peka atau peduli kawan misalnya. Infaq dari siswa untuk siswa ini terbukti bisa menjadi sarana saling bahu membahu tatkala siswa lain sedang mengalami kesulitan ekonomi sehingga mengganggu pembayaran biaya sekolahnya.
Ada juga tabung sedekah subuh keluarga yang merupakan program infaq subuh di masing-masing keluarga siswa . selain membiasakan sedeka saat subuh di tiap keluarga, penyalurannya juga sangat bermanfaat, yaitu untuk kebutuhan hidup santriwan santri wati pondok pesantren tahfidzul quran al abidin yang berada di kalijambe sragen.
Pun ada juga program qurban siswa, dimana sering kali kita lihat di satu kampung, daging melimpah ruah, tapi banyak kampung amat sedikit hewan qurbannya. Melalui program ini, hewan qurban disalurkan lebih jauh jangkauannya sehingga lebih tepat sasaran.
Dengan sarana ini semoga keberkahan ilmu akan didapatkan oleh siswa siswi dan keluarga besarnya karena telah menyebar luar manfaat. Bukankah muslim yang paling baik adalah yang paling bermanfaat untuk saudaranya