Sepenggal Kisah Inspiratif, Markasi, Santriwati Penghafal Al-Quran di PPTQ Al Abidin
Markasi, Santri asal daerah Gunung Merbabu memang terlahir dari keluarga petani. Namun semangatnya unuk terus belajar khususnya menghafal sangat pantas untuk mendapat apresiasi. Karna Ia sadar betul apa yang dilakukannya berdasarkan nilai-nilai uswatun hasanah. Sebab Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk mencintai Alquran. Amr bin Salmah, seorang sahabat Nabi SAW, karena kemampuannya menghafal Alquran, pada usia tujuh tahun telah mendapat posisi yang istimewa di kalangan masyarakatnya. Atas kepandaiannya menghafal Alquran, ia selalu ditunjuk menjadi imam shalat jamaah
Hal itu sesuai dengan hadis Nabi SAW, “Orang yang paling banyak menghafal ayat-ayat Alquran lebih utama untuk menjadi imam.” Demikian pula dengan Ibnu Abbas. Pada usia 10 tahun, ia telah hafal 30 juz. (Bukhari, Fathul Bari).
Kemauan keras dari para tabiin dan tabi umat tersebut itulah yang Markasi ini. Di usianya yang masih 15 tahun, Ia sudah menghafal 23 juz, tentunya sebuah hasil yang tak dihianati setiap usaha yang Ia lakukan. Berikut wawancara dengan santriwati yatim ini.
Apa yang kau peroleh selama mengikuti pembelajaran di pesantren dan bagaimana perasaanmu menjadi bagian dari santri PPTQ Al Abidin?
Senang dan bersyukur karena mendapatkan banyak teman yang membanggakan, selain itu mengerti arti pentingnya menghafal Al-Quran. Perasaan saya mondok di PPTQ Al-Abidin sangat senang, teman teman sangat sabar dan saling menghargai. Selain itu juga bisa menjaga kerja keras kita.
Saya mendapat pelajaran seperti pentingnya ilmu dan juga manfaat menghafal Al-Quran, juga seperti arti sabar, ikhlas, saling meyanyangi, berlatih kemandirian, bekerja keras, dan banyak sekali manfaat yang saya dapatkan di PPTQ Al Abidin ini. “Senang sekali menjadi santri PPTQ Al Abidin karena bisa belajar bersama teman-teman.” ujarnya.
Bagaimana Anda membagi waktu di tengah kesibukan sebagai santri?
Menyusun agenda kegiatan pada malam hari, seperti membuat jadwal semisal menjawalkan kegiatan esok hari. Melakukan kegiatan sekolah seperti yang telah digariskan dalam jadwal sekolah.
Singkatnya fokus dan konsentrasi pada sekolah, setelah pulang baru memanfaatkan waktu untuk mempertajam hafalan.
Prinsipnya membagi waktu antara kegiatan sekolah, kegiatan pesantren, dan hafalan atau berlatih menghafal harus dioptimalkan. Antara lain dengan menyusun agenda yang dimulai pada malam hari. Saat malam hari itulah saya membuat jadwal untuk menghadapi hari hari selanjutnya. Juga melakukan kegiatan sekolah sebagaimana sekolah formal yang dimana saya menjadi peserta didiknya.
Ya seperti kegiatan halaqoh, kemudian piket-piket. Nah jika ada jeda dari kegiatan itu saya gunakan untuk mengasah lagi kemampuan hafalan saya. Termasuk saat istirahat jam sekolah, saya pun tetap memanfaatkan waktu tersebut untuk menghafal.
Bagaimana cara yang Anda tempuh dalam menghafal?
Cara menghafalkan Al-Quran tentu dengan metode sesuai kemampuan saya. Yaitu yang pertama dibaca dulu berulang-ulang kali sampai kita merasa sudah lancar dan macet-macet.
Ayat yang sudah dicapai hafal, akan saya warnai dengan stabilo atau garis bawah dengan bolpoin. Tinggal mengulang dan melanjutkan ayat yang lain.
Adapun waktunya tentunya dengan mencari waktu khusus agar lebih fokus. Bila perlu mencari tempat yang agak sepi atau sunyi untuk bisa pada fokus.
Apa Harapanmu setelah tak lagi menjadi santri?
Harapan kedepan setelah saya lulus dari PPTQ Al Abidin, saya menyalurkan dan mengamalkan ilmu-ilmu yang saya peroleh. Dan tentunya bisa menjaga hafalan yang telah saya peroleh sebelumnya.
Selain itu ingin membahagiakan orang tua dengan cara yang terbaik. Kemudian akan menyalurkan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat luas, seperti ilmu-ilmu dari musrifah yang telah saya dapatkan dari sini. Dan yang terpenting adalah bisa menjaga hafalan.
“Harapannya ingin membahagiakan ibunya. Mengejar semua mimpi dan cita-cita serta bisa beemanfaat untuk semua orang atau masyarakat luas”. (hyt)