Berkahnya Anak

🌷 Ayah Bunda, apa yang ada di dalam benak kita apabila ada yang menyampaikan ‘anak yang berkah’. Mungkin pada ada sebagian kita memikirkan bahwa anak yang berkah adalah anak yang memiliki segudang prestasi yang bisa membanggakan orang tuanya  dan mengangkat nama baik orang tuanya.

Mari kita lihat kembali makna berkah yang sebenarnya .
Berkah berarti bertambahnya kebaikan.
Anak yang berkah anak yang membawa kebaikan bagi orang tuanya. Orangtuanya semakin baik, semakin sabar, semakin bijaksana, semakin berilmu dan semua kebaikannya meningkat.
Jika kita melihat makna ini ternyata tidak semua anak membawa keberkahan bagi orang tuanya. Seperti kisah yang sedang viral akhir-akhir ini, seorang anak menuntut ayah kandungnya di pengadilan dengan tuntutan sejumlah uang yang fantastis, gara-gara harta warisan. Anak yang justru membawa petaka.

Mari kita belajar pada 2 kisah nyata berikut ini. Anak ABK, yang tidak normal, tapi justru membawa keberkahan.

Kisah pertama.
Muslikah, seorang ibu dari Bengkulu, setiap hari menggendong dua anaknya yang cacat, yakni Umi (13) yang cacat mental dan adiknya, Diki (9) yang menderita cacat di kaki, dengan berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer dari sekolah ke rumahnya.
Jarak tersebut ditempuh selama dua jam di musim kemarau dan lima jam di musim penghujan.
Semua dilakukan agar anaknya  mendapatkan pendidikan yang baik di sekolah.

Berkat semangatnya yang luarbiasa itu, pemerintah setempat menobatkan Muslikah sebagai Srikandi Pendidikan.
Beliau akhirnya mendapatkan keberkahan dengan mendapatkan bantuan antara lain sebuah generator listrik, laptop, meja belajar dan perangkat sekolah kedua anaknya, serta bantuan lainnya sebagai jaminan kesejahteraan keluarganya .
Pemerintah setempat jika akan membangun jalan desa tersebut.
Anak yang cacat namun membawa keberkahan. Tak hanya bagi ibunya tetapi sudah pada masyarakat di desanya.

Kisah kedua.
Cathleen Lewis, seorang mantan model dan pekerja keuangan, mendapat anak yang bayinya yang baru lahir,Rex Lewis-Clack memiliki kista di otaknya, Enam bulan kemudian Lewis harus menerima kenyataan bahwa anaknya buta. Dua tahun kemudian, Rex kembali didiagnosa autis dan kista di bagian otak kembali tumbuh.

Bayi kecil Rex bahkan begitu paranoid dengan suara dan sentuhan. Dia bahkan akan merasa histeris ketika mendengar hujan atau telepon berdering. Ia menolak untuk menyentuh benda apapun, bahkan makanannya. Kecuali seseorang menyuapkan bubur ke bagian mulutnya, dia akan makan sedikit saja.

Dengan kondisi anaknya yang membutuhkan dukungan dan bantuan, Lewis selalu ada disamping Rex. Dia mengurus Rex sendirian dengan sedikit bantuan dari suaminya yang juga tengah mempertimbangkan bercerai dengan Lewis. Persoalan perceraian membuat masalah hidup mereka semakin rumit.

Seiring berjalannya waktu, Rex tumbuh menjadi bocah yang menemukan bakat alaminya di bidang musik berkat keyboard kecil yang dihadiahkan oleh ayahnya. Bakat ini muncul sejak Rex berusia dua tahun. Dia sanggup berdiri selama berjam-jam, menekan-nekan not keyboard.  Not-not itu diubahnya menjadi melodi dari Mozart, Chopin dan Wagner.
Setelah beberapa tahun kemudian, Rex diakui oleh banyak orang dengan bakat bermusiknya yang mumpuni. Rex bahkan dijuluki dengan gelar cendikiawan/ahli musik.

Kisah Rex sudah banyak diangkat menjadi subjek dalam sejumlah dokumenter, termasuk seri populer Britania seperti Extraordinary People ; dokumenter Swedia ‘Another Kind of Genius’ dan ‘Musical Savants’ yang ditayangkan di stasiun televisi The Discovery Health.

Akhirnya Lewis tergerak untuk membagikan kisah Rex kepada semua orang. Dia berhasil mencetak buku pertamanya berjudul Rex: A Mother, Her Autistic Children and the Music that Transformed Their Lives. Di dalam buku inilah Lewis mengisahkan tentang perjuangannya membesarkan Rex seorang diri dan menemukan bakat besar yang dimiliki putranya itu. Berkah anak yang luarbiasa.

🌷 Ayah Bunda, 2 kisah di atas hanyalah merupakan bagian kecil dari kisah lain dari perjuangan orang tua yang mempunyai anak yang berkebutuhan khusus. Dibalik perjuangan itu ternyata mendatangkan keberkahan yang luar biasa.
Nah… Bagaimana dengan kita yang punya anak yang normal?
Tentu saja kita harus bersyukur dan bersemangat untuk menjadikan anak-anak kita menjadi sumber keberkahan bagi kita.  Dengan adanya anak-anak yang Allah swt berikan kepada kita, kita harus semakin giat beribadah, semangat bekerja, lebih sabar, semakin berilmu, dan semakin bertambah segala hal kebaikan dari kita.
Semoga kita mampu menjadikan anak- anak kita menjadi keberkahan bagi kita.

#tetapsemangat
#salamparenting

Humas Yayasan Al Abidin Surakarta
Bunda Farida Nur’Aini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kontak Kami

Silahkan hubungi kami apabila pertanyaan terkait Yayasan Al Abidin Surakarta.