Haruskah anak dibatasi pertemannya?

Oleh : Bunda Farida Nur’Aini (Kepala Sekolah SDII Al Abidin Surakarta)

Ayah Bunda, karakter adalah hal yang sangat penting untuk kesuksesan anak dimasa mendatang. 80% kesuksesan anak ditentukan oleh karakternya.
Karakter itu meliputi kedisiplinan, tanggungjawab, kemandirian, keberanian, kesopanan, menghargai orang lain, kejujuran dan sebagainya. Inilah yang yang menjadi faktor besar kesuksesan anak.
Nah, di dalam pembentukan karakter itu
ada tiga hal yang sangat menentukan, yaitu:
– orangtua ( pola asuh orangtua)
– sekolah ( pendidikan guru)
– lingkungan ( teman bermain)
Ketiga hal tersebut akan saling tarik menarik. Kuat-kuatan.
Jika orangtua lemah, sekolah kuat, lingkungan kuat maka karakter anak ditentukan pendidikan di sekolah dan lingkungannya. Jika orangtua kuat, sekolah kuat, lingkungan lemah maka karakter anak ditentukan orangtua dan sekolahnya.
Yang kita harapkan tentu semua faktor mendukung. Orangtua support,sekolah support dan lingkungan juga support.
Namun tak ada yang sempurna.
Sebagai orang tua kita pasti sudah memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Demikian juga di sekolah pasti semua guru mengajarkan hal-hal yang baik. Bagaimana dengan teman bermainnya? Anak- anak tetangga?
Bersyukurlah jika kita berada di lingkungan yang mendukung pendidikan anak kita. Namun, bukan berarti kita tenang tenang saja. Karena suatu saat nanti anak juga perlu mengenal dunia luar, lingkungannya di mana ia bertempat tinggal karena saudara yang terdekat adalah tetangga.
Jika kita berada di lingkungan yang kurang mendukung, ini menjadi kesempatan kita untuk belajar kembali mengelola pendidikan anak kita.
Sebagian orangtua mengeluhkan tentang lingkungan yang tidak kondusif untuk pendidikan karakter. Anak banyak mendapatkan pengaruh yang tidak baik dari teman-teman bermainnya ,misalnya pengaruh perkataan kotor, pengaruh video porno, kata-kata porno , perkataan bohong dan sebagainya .
Jika kondisinya demikian , apakah anak harus kita sterilkan dari pergaulan dengan teman- temannya?
Anak tidak boleh bermain dengan teman-teman permainannya dan dengan anak tetangga?
Tentu saja tidak.
Kita sebagai makhluk sosial membutuhkan berinteraksi dengan orang lain. Demikian juga anak-anak kita mereka membutuhkan bermain dengan teman-temannya baik disekolah maupun dengan tetangganya.

Bagaimana jika kita khawatir anak kita akan berpengaruh negatif dari teman-teman di lingkungannya?
Tentu kita harus menyiapkan agar anak kita menjadi anak yang tangguh dan tidak mudah terpengaruh.
1. Biasakan bergaul dengan teman- temannya ini sejak dini, bahkan sejak bayi. Hal ini agar anak mengenal lingkungan sekitarnya. Jika masih digendong, kitalah yang menggendong anak untuk berinteraksi dengan tetangga. Jika anak sudah bisa berjalan, biarkan dia bermain bebas dengan teman-temannya.
2. Cermati apa saja yang menjadi pengaruh bagi anak kita. Jika ada yang negatif kita harus segera membuangnya.
Ibarat tanaman yang terkena ulat, kita harus segera membuang ulat itu agar tidak merusak tanaman. Tentu hal ini membutuhkan kesabaran kita. Misal anak berkata kotor, kita harus sabar untuk terus menerus menasehati anak. Yakin saja, pengaruh negatif itu akan hilang seiring dengan kesabaran dan pendampingan kita secara intensif.
3. Semakin besar anak, daerah bermainnya semakin luas.
Ibarat melepas prajurit di medan juang, mereka harus dibekali dengan persiapan yang prima. Maka bekal anakpun harus semakin banyak.
– berikan batasan daerah bermainnya agar anak faham sejauh mana dia boleh bermain
– rambu-rambu memilih teman harus jelas. Hati- hati dengan anak yang sudah terbukti memberi pengaruh negatif bagi anak. Anak harus membatasi diri dan menahan diri dengan teman yang demikian.
– berlakukan aturan jam bermain. Kapan anak harus sudah ada di rumah.
– untuk melengkapi aturan main ini, ambil kesepakatan dengan anak . Apa konsekwensi jika anak melanggar. Kaidah memberi konsekwensi pada anak adalah tambahlah kewajibannya. Jangan mengurangi haknya.

🌷Ayah bunda, di dunia ini setiap hal selalu berpasangan. Ada siang ada malam. Ada basah ada kering. Ada baik ada buruk. Anak mengenal kebaikan, maka juga perlu mengenal keburukan. Maka jangan sterilkan anak dari teman- temannya. Karena anak juga perlu mengenal keburukan sebagai media belajar, apa yang boleh dia lakukan dan yang tidak.
Tetap semangat,Ayah bunda..
Salam parenting.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kontak Kami

Silahkan hubungi kami apabila pertanyaan terkait Yayasan Al Abidin Surakarta.